Mengatasi Deadstock dalam Bisnis Fashion
Mengatasi dead stock dalam Bisnis Fashion | RiRa Clothing Konveksi, HP 0811.300.8853
Salah satu resiko berbisnis fashion adalah terjadinya deadstock atau stock mati. Mengingat bisnis fashion memang sangat sensitif terhadap pergerakan trend fashion yang begitu cepat berubah. Perubahan mode atau trend dengan jangka waktu hitungan bulan sudah menjadi hal yang wajar dan menjadi tantangan bagi pebisnis fashion.
Adanya deadstock dalam bisnis fashion ini tentu saja menyebabkan adanya arus kas yang tertahan karena masih berupa barang yang belum terjual dengan jangka waktu yang relatif lama. Untuk dead stock baju dalam jumlah besar, tentu saja juga akan menyebabkan diperlukannya space atau tempat khusus untuk penyimpanan yang seharusnya bisa dipakai untuk kebutuhan lain yang lebih menguntungkan.
Berapa lama suatu produk dikatakan deadstock dalam bisnis fashion? Tentu saja tidak sama ukuran waktunya. Untuk bisnis fashion yang produk bajunya termasuk kategori panjang umur seperti kaos oblong, celana jeans, blazer dsb, relatif aman untuk usia produk karena tetap diminati dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan trend fashion.
Baca : 7 Langkah Memulai Bisnis Fashion
Untuk pebisnis fashion yang memiliki produk dead stock, tidak boleh tinggal diam. Dengan berbagai macam cara, harus berupaya untuk mengubah dead stock menjadi cash dan tentu saja supaya space penyimpanan dead stock dapat digunakan untuk kepentingan yaang lain.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi deadstock dalam bisnis fashion antara lain :
Memberikan potongan harga atau diskon. Potongan harga harus ditunjukkan kepada calon pembeli, berapa harga awal dan berapa harga diskon. Beri pengumuman tentang program diskon ini, supaya banyak calon pembeli yang tahu dan tertarik dengan program diskon yang dibuat.
Merubah packaging atau display. Ada kalanya, barang tidak laku karena pengemasan yang tidak menarik atau penempatan yang kurang strategis sehingga tidak mudah nampak oleh calon pembeli. Untuk penjualan secara online, memfoto ulang dengan terbukti cukup ampuh untuk membuat barang diminati pembeli.
Menyimpan dan menjualnya di musim tahun berikutnya. Strategi ini cocok untuk produk fashion yang bersifat musiman, misalnya busana muslim dan baju umroh haji. Yang perlu diperhatikan adalah penyimpanan yang harus hati-hati supaya pakaian tidak kotor maupun dimakan serangga.
Jual ke target market sekunder. Maksudnya adalah, produk yang sudah tidak laku, bisa dijual ke target market lain dengan lokasi yang berbeda. Misalnya, baju dijual ke luar jawa. Perkembangan trend fashion untuk target market luar jawa biasanya sedikit lebih lambat dibanding dengan perkembangan di jawa tertama Jakarta.
Tukar barang dengan yang lebih laku ke produsen. Untuk strategi ini, perlu kemampuan negosiasi pelaku bisnis fashion kepada produsen baju supaya dapat retur atau tukar barang dengan jangka waktu yang ditentukan bersama. Bagi pemilik bisnis fashion, sangat penting untuk mengetahui sistem di tiap produsen apakah sistem ini diijinkan.
Menjual dengan sistem paket. Untuk cara ini, barang yang tidak laku bisa dibundling dengan produk yang sedang laris dengan selisih harga yang tidak terlalu jauh. Tunjukkan kepada calon pembeli, bahwa dengan membeli secara paket, maka pembeli akan sangat hemat sehingga pembeli merasa sayang jika promo seperti ini dilewatkan.
Dengan cara menghabiskan deadstock dalam bisnis fashion seperti yaang diuraikan diatas, diharapkan arus kas bisnis menjadi lebih lancar.